Sabtu, 30 April 2011

SEJARAH KOTA PROBOLINGGO

Pada zaman pemerintahan Prabu Radjasanegara (Sri Nata Hayam Wuruk), Raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama "Banger", yaitu nama sebuah sungai yang mengalir di tengah daerah Banger merupakan penduduk kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger sendiri di kenal dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh pujangga kerjaan Majapahit yang terkenal yaitu Mpu Prapanca.

Dalam upaya mendekatkan diri dengan rakyatnya, maka Prabu Hayam Wuruk dengan didampingi Patih Amangku Bumi Gadjah Mada melakukan perjalanan keliling ke daerah-daerah antara lain Lumajang dan Bondowoso. Perjalanan  tersebut dimaksudkan agar sang prabu dapat melihat sendiri bagaimana kehidupan masyarakat di pedesaan dan sekaligus melihat sejauhmana pritahnya dapat dilaksanakan oleh para pembantunya.

Dalam perjalanan inspeksi tersebut Prabu Hayam Wuruk singgah di desa Banger, desa Baremi, dan desa Borang. Desa tersebut sekarang ini menjadi bagian wilayah administrasi Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo (Kelurahan Sukabumi, Mangunharjo, Wiroborang).

Singgahnya Prabu Hayam Wuruk di desa Baremi, Banger dan Borang, disambut masyarakat sekitar dengan penuh sukacita. Pada hari Kamis Pahing (Repati Jenar) tanggal 4 september 1359 Masehi, Prabu Hayam Wuruk memerintahkan kepada rakyat Banger agar memperluas Banger dengan membuka hutan yang ada disekitarnya yang selanjutnya akan dijadikan sebagai pusat pemerintahan.Perintah itulah yang akhirnya menjadi landasan sejarh hari lahirnya KOta Probolinggo.

Banger mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini ternyata menarik perhatian dari Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan yang berkuasa. Hingga pada akhirnya Banger dapat dikuasai oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger pernah menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramardhana (Majapahit) yang dikenal dengan "Perang Paregreg".

Pada masa pemerintahan VOC, setelah kompeni dapat meredakan Mataram, dalam perjanjian yang dipaksakan kepada Sunan Pakubowono II di Mataram, seluruh daerah di sebelah timur Pasuruan, termasuk Banger, diserahkan kepada VOC pada tahun 1743. Untuk meminpin pemerintahan di Banger, pada tahun 1746 VOC mengangkat Kyai Djojolelono sebagai pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung.

Kyai Djojolelono adalah putera Kyai Bolo Djodrijo (Kiem Boem), seorang patih Pasuruan. Pada akhirnya Tumenggung Djojolelono diganti oleh Tumenggung Djojonegoro. Ketika Tumenggung Djojonegoro memegang pemerintahan, pada tahun 1770 nama Banger diganti menjadi PROBOLINGGO. dimana PROBO dalam bahasa sansekerta berarti sinar sedangkan LINGGO berarti tanda peringatan atau tugu. Hal ini ada hubungannya dengan cerita kuno yaitu jatuhnya sebuah benda bercahaya (meteor) dan tempat jatuhnya benda tersebut oleh raja-raja dahulu dipilih sebagai tempat untuk mendapatkan perdamaian dan mengakhiri perselisihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar